Belajar dari bisnis MLM

 Apa yang terbayang di benak Anda setiap dengar kata MLM? Rerata sudah alergi duluan, iya kaaann? Ini sih bisnis nyari orang, susah ah ngajak-ngajak orang, begitu kira-kira celotehan yang keluar. Tak kenal maka kenalan, tul kaaann...kalau saya tipenya suka penasaran, nyoba dulu, sedot ilmu, mau belajar, berpikir positif. Jadi ketika ditawari bisnis kosmetik sistem MLM ya ikutan aja, why not? Ilmu itu tidak pernah berkurang apalagi merugi, entah mau terus atau berhenti itukan pilihan nantinya. Namanya bisnis ya jelas aja nyari orang, masa saya harus nyari si Empus, kucing tetangga, hee... Menawarkan produk ataupun jasa ya pasti kita cari orang yang kemungkinan tertarik. Setiap MLM itu ada beberapa tahap :

1. Mau jadi konsumen saja

2. Mau jadi konsumen & pembeli

3. Mau mengejar jenjang karir

Nah...itu terserah yang menjalankan mau pilih yang mana. Tidak ada paksaan harus merekrut orang kok.

Kunci dari bisnis MLM adalah matut alias patuh pada upline. Nah yang ini tentunya bisa diterapkan di bidang pekerjaan apa pun. Selama upline kita mengajak jalan kebenaran, hee...ya ikuti aja. Karena di bisnis MLM itu diutamakan adalah kerjasama tim, tentu saja kita akan dibentuk mindset-nya agar sukses berjamaah. Saling bantu membantu merupakan kunci sukses sebuah tim.

Pebisnis MLM tidak semata-mata menjalankan bisnis ini saja. Ada yang karyawan, PNS, dosen, pedagang, bahkan ibu rumahtangga. Dan pastinya punya kesibukan masing-masing. Sebagai pebisnis MLM, kitalah yang harus bisa mengatur waktu, salah satunya dengan membuat jadwal to do list. Ada beberapa tahap dalam melaksanakan to do list :

1. Penting dan mendesak, maka ini dahulukan dikerjakan.

2. Penting tapi belum mendesak. 

3. Tidak penting tapi mendesak.

4. Tidak penting, tidak mendesak.

Selanjutnya adalah mental tak kenal lelah. Jangan pernah menyerah dalam menjual, biarlah hasilnya urusan Allah. Yang salah itu yang tidak pernah jualan. Nahh... ini pun saya terapkan dalam proses belajar menulis. Tulis saja dulu, edit-edit kemudian. Tuliskan apa yang terlintas, rekam ide mumpung ingat, jangan biarkan menguap. Ekseskusinya nanti saja, supaya saya tidak takut untuk mencoba menulis. Tulis saja, yang salah itu yang tidak pernah menulis, membiarkan ide-idenya menguap begitu saja atau belum ada motivasi untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan. 

Semoga tulisan ini bermanfaat. Tetap menulis, jangan patah semangat. Setiap tulisan adalah sebuah karya yang patut diapresiasi. 

Terima kasih sudah mau meluangkan waktunya untuk membaca tulisan saya. Ditunggu kritik dan sarannya. Mohon maaf jika masih banyak kekurangan, masih belepotan.

Rie Aprilia

Comments

  1. Bisnis apapun pasti harus punya semangat dan kerja keras, tulisan ini menyemangati banget... Kerennn...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Peran Guru sebagai Pelopor Budaya Positif di Kelas

Showing yang Bikin Glowing

Penerbit Mayor