Showing yang Bikin Glowing



Hari Jum’at yang cerah. Selamat Hari Buku Sedunia! 23 April ditetapkan oleh UNESCO sebagai World Book Day. Semoga makin semangat dalam menghasilkan karya yang menginspirasi!

Pagi-pagi sudah dapat kabar baik dari grup Whatsapp di kelas Surat Untukmu 3 yang dikelola komunitas RAI (Rumah Antologi Indonesia). Naskah saya terpilih menjadi salah satu naskah terbaik dalam hal showing dan berhak mendapatkan hadiah spesial dari Teh Rizka selaku owner. Senang rasanya karena tadinya naskah ini tidak akan diikutsertakan untuk naskah di buku antologi.

Kenapa? Jadi begini ceritanya, setiap pekan penulis diminta untuk mengumpulkan naskah sesuai tema dan tugasnya, terlepas dari apakah naskah itu hanya untuk memenuhi tugas praktik atau termasuk naskah buku. Nahhh … karena temanya showing, yaitu menunjukkan cerita secara detil sehingga pembaca tergambar suasananya, saya pun berpikir keras untuk membuat naskahnya. Saya tuh bukan tipe penulis yang bisa menggambarkan detail seperti di cerpen atau novel. Saya lebih suka menulis non-fiksi dan puisi. Saat itu pun lagi mengalami mental block, sedang jenuh karena beberapa hari sudah pegang laptop melulu, bahkan sempat mabok laptop (hehe ….). Tugasnya harus dikumpulkan sebelum jam 4 sore, meskipun setelah jam 4 masih diterima tapi tidak termasuk hitungan untuk mendapatkan doorprize. Dengar kata doorprize pasti jadinya semangat dong, kebetulan juga punya tulisan yang belum diedit dan dieksekusi lagi. 

Setelah beberapa kali diedit akhirnya dikirimlah itu tulisan. Jreng! Ternyata termasuk naskah showing terpilih. Ga nyangka, aslinya! Mana berdampingan dengan naskah Shinta Chalet pula, yang notabene kece banget. Teh Shinta ini penulis terbaik Hati Seluas Samudra, kelas lain yang juga saya ikuti. Tulisannya memang keren, diksinya itu mantul. Semua penulis RAI memang memiliki kemampuan yang baik dalam diksi. Kenapa ya naskah saya bisa masuk? Katanya sesuai kriteria yaitu sesuai tema, runut, rapi dalam mengolah diksi serta menguasai teknis menulis dengan baik. Wow … iyakah? Mungkin bagi yang lain hal ini biasa saja, tetapi bagi saya sungguh luar biasa, prestasi tersendiri tentunya. Saya merasa bahwa diksi saya masih biasa saja disbanding yang lainnya. Ini kali ya namanya ketika semesta mendukung, supaya saya lebih semangat lagi menulisnya.

Intip yuk sepenggal naskahnya, minta pendapat juga ya di kolom komentar. Doakan saya lancar menyelesaikan semua naskah untuk buku antologi yang berjudul Surat Untukmu 3 ini. Nantikan ya peluncuran bukunya.

Dear, timbangan,

Tiap kali melihatmu, aku selalu tergoda untuk mengecek angka yang tertera padamu. Meski terkadang setelahnya ekspresiku akan berubah tak percaya. Kemudian angka itu akan menari-nari di benakku. Lalu aku akan menyusun berbagai rencana untuk mengubahnya. Entah itu mengumpulkan informasi tentang program diet, entah itu menyusun jadwal senam, ataupun hanya mengukur perut dengan meteran yang biasa digunakan para penjahit pakaian. 

Namun, setahun ini aku sudah malas bercengkerama denganmu. Entahlah … apa karena hanya semangat di awal saja, lalu semuanya berantakan karena terbentur dengan kerjaan yang tak pernah usai. Program itupun menguap begitu saja. Padahal kerjaan tak pernah kelar, sementara badanku semakin melar. Mungkin aku terlalu naif pada angka yang tertera. Bayangkan … andaikata kau adalah timbangan dosa-dosaku, apa yang akan kulakukan? 



Comments

  1. Waaah kereen ceritanya👍 keep writing bu Sari

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, bu Mae, sudah mau mampir ke blog saya.

      Delete
  2. Dear timbangan, knp kau selalu tak bersahabat denganku, wkwk...kereen 👍🤭

    ReplyDelete
  3. Wah, kalimat terakhirnya ... Jlebb bangettt!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, bu Ditta, mau mampir ke sini.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Peran Guru sebagai Pelopor Budaya Positif di Kelas

Penerbit Mayor