Mengintip Naskah Analisis Hati

"Aksara ini hanya terbatas A sampai Z, takkan mampu melukiskan untaian kata untuk kupersembahkan padamu. Goresan tinta ini mencoba memaknai pesan cinta yang ingin disampaikan, meski semua aksara ini terbatas."

Sepenggal kalimat di atas adalah kalimat yang saya kutip dari naskah terbaru untuk buku antologi terbaru saya. Spoiler dikit ya, hehe ... biar agak penasaran dengan bukunya.

Kali ini saya menulis lima surat yang saya tujukan kepada orang tua, anak, diri sendiri, timbangan, dan rinai hujan. Meski dalam tiap suratnya saya tidak menuturkan secara personal, tetapi saya ingin pembaca pun merasakan hal yang sama dan merasa terwakili dengan adanya tulisan saya ini.

Saya tertarik ikut ambil bagian dalam menulis buku antologi berjudul Surat Untukmu 3. Kenapa? Buku yang sudah sampai hattrick ini berarti banyak peminatnya, itulah mengapa saya mau bergabung. Saya pun menikmati diksi-diksi apik yang disuguhkan.

Kenapa saya mengambil judul Analisis Hati? Sebelumnya momen menulis naskah ini berbarengan dengan saat saya membuat soal Ujian Sekolah kelas IX dan dilanjut dengan menganalisisnya. Saya pun sempat mengajukan beberapa judul dan meminta pendapat suami dan teman-teman, sebagai wakil pembaca, untuk memilih judul yang lebih 'menjual'. Saya berharap ketika pembaca membaca surat-surat saya itu, mereka bisa merefleksikan isinya ke dalam kehidupannya. Setiap surat berisi solusi dan bahan renungan. Oleh karena itu, saya tidak menjabarkan isinya secara personal. Misalnya pada surat yang ditujukan untuk timbangan. Ini sebenarnya berawal dari rasa kesal saya tiap melihat angka pada timbangan (saya rasa ini masalah wanita, merasakan hal yang sama, hee ...). Surat ini semacam sindiran, terutama untuk saya, yang terlalu resah dengan badan yang semakin melar tetapi malas berusaha. Bagaimana jika timbangan itu menunjukkan dosa-dosa kita? Masihkah kita seresah seperti saat kita mengetahui angka yang menunjukkan berat badan kita? Nah, ini salah satu surat yang menjadi bahan renungan buat saya khususnya, buat pembaca pada umumnya.

Lalu ada surat yang saya tujukan untuk diri sendiri. Sebenarnya ini terinspirasi dan ditujukan untuk semua wanita tangguh, yang sudah melalui banyak hal dalam hidupnya. Saya sudah menemui banyak wanita tipe seperti ini, oleh karena itu surat ini saya persembahkan untuk para wanita tangguh di manapun berada, tetaplah semangat dan tidak mudah menyerah.

Surat kepada rinai hujan pun tidak saya tujukan secara personal, ini menggambarkan cinta terpendam saat remaja. Saya rasa hampir semua orang pernah mengalami hal ini, tentang cinta yang tak pernah terungkap, tentang cinta yang bertepuk sebelah tangan. Di akhir surat, saya memberikan solusi bagaimana sebaiknya kita bersikap dan mengatasi hal tersebut.

Analisis Hati, mengajak pembaca untuk menganalisis hati masing-masing setelah membacanya. Pemilihan kata alias diksi menjadi hal yang penting untuk ditampilkan, meski bukan diksi-diksi yang 'berat' karena memang konsepnya adalah surat. Saya menghindari diksi yang berlebihan atau sukar dimengerti seperti saat menulis puisi. 

Saya sangat bersemangat ketika menulis naskah surat ini, meski sempat mengalami mental block di tengah-tengah prosesnya, tetapi Alhamdulillah bisa diatasi. Kadang sempat merasa kehabisan ide, apalagi ketika membaca naskah surat dari penulis lainnya, wahh ... sempat bikin stres juga. Lain waktu saya akan mengupas hasil naskah penulis lainnya karena memang menarik untuk dibahas. 

Saya senang menulis naskah surat ini, sama seperti saya bersemangat saat menulis puisi untuk buku antologi Hati Seluas Samudra, isinya luar biasa semua, saya kagum dan bangga telah menjadi bagian dalam buku tersebut. Saya berharap buku Surat Untukmu 3 ini dapat sesukses dua buku sebelumnya dan penjualannya sebagus buku Hati Seluas Samudra. Aamiin .... Sesungguhnya tak ada naskah yang benar-benar sempurna, maka teruslah menulis dan jangan pernah takut untuk mempublikasikannya. Tulislah hal-hal yang bermanfaat, bukan asal tulis.

Dukung terus gerakan literasi, mari menulis yang bermanfaat, kobarkan semangat berbagi. 

Salam Literasi.



Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Peran Guru sebagai Pelopor Budaya Positif di Kelas

Showing yang Bikin Glowing

Penerbit Mayor