JURNAL MONOLOG

 

JURNAL MONOLOG

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL

IDE ENGLISH CLUB

Sari Puji Susanty, S.Pd.,Gr – SMPN 1 Cisalak

CGP Angkatan III, Kab. Subang

 

“Hidup itu sebuah kesempatan.

Kesempatan untuk berbuat atau tidak berbuat sama sekali.”

(Indianabiz)

 

                Pernakah kita mengalami dilema etika dalam kehidupan ini? Saya yakin semua orang pasti pernah mengalaminya. Bagaimana cara kita mengatasinya? Sudahkah mempertimbangkan berbagai hal sebelum memutuskan sesuatu? Perlukah bantuan orang lain dalam memutuskan hal tersebut?

                Pertanyaan di atas sempat mengganjal dan menari-nari di benak saya ketika saya mulai mempelajari modul 3.1 dengan judul Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran. Seolah-olah ada kilas balik yang tergambar, keputusan-keputusan apa saja yang telah saya ambil dan sesuai dengan langkah yang ada pada modul, baik keputusan bersifat individu (baca: pribadi) maupun keputusan yang berhubungan dengan pekerjaan di sekolah.

                Setelah saya mempelajari modul ini, tentu saja saya akan mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang saya peroleh di sekolah tentunya melalui komunitas praktisi, obrolan santai, kegiatan MGMP sekolah, bahkan kegiatan MGMP komisariat dan kabupaten.

                Apa dilema etika yang pernah saya alami baru-baru ini saat mengambil keputusan di sekolah? Saat saya memulai ide membentuk English Club di sekolah. Dilema apa yang terjadi? Mari saya uraikan:

1.       Individu lawan masyarakat

Saya menginginkan agar awal launching ekstrakurikuler English Club menggunakan Google Meet bersama tamu dari luar negeri, tetapi murid-murid saya belum menguasai Google Meet, kuota yang terbatas dan sinyal yang tidak stabil, ditambah juga dengan benturan waktu yang berbeda dengan tamu tersebut. Selain itu, minimnya anggaran dari sekolah. Saya sudah pernah mengusulkan ekstrakurikuler ini sejak dua tahun yang lalu sebelum masa pandemi.

2.       Jangka pendek lawan jangka panjang

Belajar Bahasa Inggris di jadwal kelas hanya bermakna dalam jangka pendek, akan terlupakan jika tidak sering praktik. Memang benar waktu belajar yang singkat dan terbatas tidak memungkinkan guru melatih berbicara bahasa Inggris di kelas. Namun, di zaman sekarang bahasa Inggris sangat diperlukan, jangan sampai murid tidak dipersiapkan untuk hal-hal seperti itu. Harus praktik, bermakna dan bermanfaat. Jangan sampai ketika murid tamat SMP tidak bisa mengucapkan salam sapa atau permisi keluar kelas. Selain itu jangka panjangnya tentu saja menanamkan karakter bagi murid agar terbiasa berbahasa Inggris yang benar dan sopan. Terkadang murid hanya mengenal bahasa kasar dan tidak pantasnya saja tanpa tahu maknanya, tentu ini memprihatinkan dan memalukan. Menjadi PR besar bagi saya sebagai seorang guru bahasa Inggris.

               

                Lalu bagaimana saya bertindak dan mengambil keputusan? Jika dulu, sebelum pandemi, saya sudah pernah membuat grup Whatsapp khusus murid-murid yang mau belajar dan praktik bahasa Inggris dengan orang asing. Sekarang saya ingin memberi manfaat yang lebih luas lagi, yaitu menjangkau semua murid dan guru.  Tidak perlu banyak dan sulit menghapalkannya, tetapi cukup satu pekan satu ungkapan dan dipraktikkan pada satu hari tertentu sebagai English Day.

                Apa tantangan yang terbayang? Jika dari murid biasanya mereka akan bilang bahwa bahasa Inggris itu keren tapi susah. Cukup bertentangan bukan? Di satu sisi, mereka ingin bisa berbicara dan memahami bahasa Inggris dengan baik, tetapi di sisi lain kata ‘susah’ itu masih sangat melekat di benak mereka. Bagaimana dengan tantangan dari rekan-rekan guru? Mungkin saja akan timbul apatis, tidak peduli dengan program yang saya tawarkan. Atau malah berkomentar yang negatif. Bagi saya? Tidak masalah, selama saya bermaksud melakukan kebermanfaatan, why not? Saya akan mengajak semua guru, terserah apakah mereka mau mengikuti ataupun tidak. Tentu saja saya tidak bisa berjalan sendiri, saya akan berkolaborasi dengan wakasek kesiswaan dan pimpinan sekolah. Saya yakin mereka akan mendukung program ini. Saya pernah mengajukan ekstrakurikuler English Club sebelumnya, tetapi masih belum mendapat persetujuan, mungkin terbentur masalah anggaran. Itulah mengapa saya tetap berjalan sendiri dengan berinisiatif membuat grup Whatsapp dulu, untuk meminimalisir biaya, baik bagi saya, bagi murid, maupun bagi pihak sekolah.

                Seiring dengan beberapa kegiatan di Pendidikan Guru Penggerak, saya merasa mendapat ‘angin segar’ untuk mengajukan kembali ekstrakurikuler ini. Saya mendapat ‘lampu hijau’ ketika selesai rapat dinas di awal semester. Saat itu wakasek kesiswaan memanggil saya di depan Bapak Kepala Sekolah dan bagian bendahara, menegaskan bahwa ekskul English Club sudah bisa dilaksanakan. Saya tinggal merancang rencana tindak lanjutnya.

                Mari saya uraikan langkah-langkah yang akan saya ambil:

1.       Nilai-nilai yang bertentangan, tadi sudah diuraikan ada dua paradigma yang muncul.

2.       Menentukan siapa yang terlibat. Tentu saja semua warga sekolah.

3.       Fakta-fakta yang relevan:

- sarana dan prasarana terbatas

- murid tertarik praktik bahasa Inggris yang benar

- kurang praktik karena waktu terbatas

- bahasa Inggris masih dianggap susah oleh murid dan guru

4.       Pengujian benar atau salah

a. Uji legal, apakah ada aspek pelanggaran hukum jika melaksanakan English Club? Jelas tidak.

b. Uji regulasi/profesional, tentu saja hal ini tidak bertentangan dengan kode etik profesi seorang guru.

c. Uji intuisi, apakah saya akan dicurigai jika melakukan tindakan ini? Saya rasa tidak, saya tidak mengambil keuntungan apa-apa.

d. Uji publikasi, apakah saya merasa nyaman jika dipublikasikan? Tidak masalah, saya merasa nyaman saja.

e. Uji panutan, saya yakin panutan saya akan melakukan yang sama dengan yang akan saya lakukan.

5.       Pengujian paradigma benar lawan benar

a. Individu lawan masyarakat

b. Jangka pendek lawan jangka panjang

6.       Prinsip resolusi, saya mengambil berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking), karena saya ingin murid saya, setidaknya saat tamat SMP, dan rekan-rekan guru sudah bisa mempraktikkan ungkapan sehari-hari dan membentuk karaktek mereka dalam berbahasa Inggris yang benar dan sopan.

7.       Investigasi opsi trilema, launching dan materi dibagikan di grup Whatsapp saja, tidak melalui Google Meet agar lebih menjangkau semua warga sekolah.

8.       Buat keputusan, saya akan launching dan membagikan materi English Club melalui grup Whatsapp  , membagikan tautannya di grup GTK sekolah agar para wali kelas menyebarkan ke grup kelas masing-masing, Hal ini juga untuk meminimalisir biaya, baik dari segi anggaran sekolah maupun dari segi kuota murid.

9.       Lihat lagi keputusan dan refleksikan, saya merefleksikannya sebagai kebermanfaatan dan diterapkan bersama saat program Kamis Inggris (English Day) dan sebulan sekali ada tamu dari luar negeri yang diundang ke grup untuk berbincang dengan para murid, guru dan staf TU.

 

Ide yang muncul di benak saya adalah membuat ekstrakurikuler English Club yang akan menangani:

- English Course di grup Whatsapp, di grup ini akan dibagikan materi setiap ungkapan atau ekspresi yang akan dipraktikkan pada hari Kamis.

- English Day (Kamis Inggris), pembiasaan yang menerapkan bahasa Inggris pada hari Kamis, materi kosakata tentang ungkapan tersebut dibagikan di grup English Course, grup GTK sekolah, grup-grup kelas.

- English Corner, kosakata ungkapan pun akan ditempel pada mading sekolah sebagai pengingat.

- Ekstrakurikuler English Club mengadakan pertemuan setiap hari Kamis selepas KBM.

- A guest of the month, program ini sebulan sekali mempraktikkan bahasa Inggris dengan tamu yang berbeda dari luar negeri di grup English Course.

 

Siapa saja yang akan membantu saya? Tentu saja saya menggandeng rekan terdekat, bu Ria Triana. Bersama beliau, saya pun akan berkolaborasi dalam membuat mading sekolah. Selain bu Ria, saya juga mengajak rekan guru bahasa Inggris lainnya.

Kapan saya memulai rencana ini? Saya sudah merancang sejak awal semester, bulan depan akan ada jadwal dengan tamu dari luar negeri. Kendala, hambatan dan tantangan akan muncul sambil dijalankan programnya. Saya lebih suka sesuatu yang spontan, sambil memikirkan solusinya. Kita lihat saja kendala apa yang akan dihadapi selain yang sudah diuraikan tadi.

Tidak kalah menarik adalah mencari tamu dari luar negeri. Meski saya punya beberapa teman dari luar negeri, tetapi kebanyakan bukanlah guru. Selain itu, masalah waktu menjadi kendala utama karena perbedaan wilayah. Saya harus bisa melobi dan menentukan waktu yang tepat dengan mereka. Kebanyakan bukanlah native speaker, namun kemampuan bahasa Inggris-nya di atas standar. Kemungkinan besar yang bisa dilobi adalah teman dari negara India dan Pakistan, hal ini karena perbedaan waktu yang tak terlalu jauh. Sementara dari Guatemala, Aljazair, Trinidad and Tobacco, Turki, Rusia, Inggris, Kanada dll masih dalam pertimbangan waktu.

Mereka ini termasuk orang-orang yang akan membantu saya dalam melaksanakan program English Club. Di mana saya menemukan mereka? Saya bergabung dengan grup Whatsapp sisterhood around the world, dari situlah saya bisa berkenalan dengan calon tamu untuk English Course binaan saya. Di samping itu, saya dapat menemukan para pembelajar asing dari grup Facebook dan aplikasi lainnya seperti Cake, Tandem, Ablo, Unbordered, Speaky, dll.

Untuk mengukur efektivitas program ini, saya akan mencoba melakukan beberapa hal, seperti membuat challenge (tantangan) atau kuis setiap bulan tentang tamu dari luar negeri. Untuk ekstrakurikulernya akan melatih murid dalam persiapan bulan Bahasa, yaitu bulan Oktober, seperti spelling bee, speech, storytelling dan singing a song. Hal lain bisa menjadi tolok ukur sesuai dengan perkembangan program ini.

Saya harap dengan niat baik dan kebermanfaatan, semoga semua pihak mendukung demi kelancaran dan kemajuan program ini. Saya pun dapat belajar banyak dari proses ini. Semoga apa yang direncanakan dapat berjalan dengan mulus.

Comments

  1. Semoga harapan Bu Sari jadi kenyataan. Aamiin.
    Tetap semangat menjaga api harapan tetap menyala....

    ReplyDelete
  2. Masyaa Alloh.. Luar biasa adikku yg satu ini. Yang muda yang membara. Go get them, lioness.. 💪🤩

    ReplyDelete
  3. Tetap semangat... alhamdulillah manfaatnya sudah bisa dirasakan...bertambahnya kosa kata setiap minggu...insya Allah di praktekkan

    ReplyDelete
  4. Semangat terus melakukan perubahan untuk kemajuan pendidikan 💪👍

    ReplyDelete
  5. Ini Hebaat . .ini Kereen. . .
    Tetap semangat ms. . .

    ReplyDelete
  6. Produktif syelalu coach! Keren dan keceh!

    ReplyDelete
  7. Terima kasih sudah mampir dan komen. Jazakumullah...

    ReplyDelete
  8. Tetap semangat melakukan perubahan dalam meningkatkan kemampuan siswa berbahasa Inggris. Keep it up!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Peran Guru sebagai Pelopor Budaya Positif di Kelas

Showing yang Bikin Glowing

Penerbit Mayor